Posted by: rario | 2018/08/01

Ulama & Kritik

Tdk semua kritik thd ulama itu berarti mendelegitimasi. Apalagi diartikan anti Islam.

Kritik tdk selalu krn benci, banyak juga yg ilmiah, logis, berdasarkan dalil syar’i, bahkan krn cinta.

Siapa tahu yg dikritisi hanya gaya orasi nya yg kurang lembut/santun/emosional.

Atau krn mimik wajah yg ‘serem’, kurang senyum, kurang rapi, dll.

Mengingat yg maksum hanya Rasulullah ﷺ (lagi), maka *sebagian* ulama tdk usah terlalu _baperan_.

Dan lebih baik merespon positif semua kritik/saran/nasihat, bahkan _bully_ sekalipun, demi kebaikan bersama.
Respon negatif bisa justru menjauhkan ummat/objek dakwah dari Islam.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ …
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku *lemah lembut* terhadap mereka. Sekiranya engkau *bersikap keras dan berhati kasar*, tentulah mereka *menjauhkan diri dari sekitarmu*. Karena itu *maafkanlah* mereka dan *mohonkanlah ampunan* untuk mereka, dan *bermusyawarahlah* dengan mereka dalam urusan itu. …. (QS 3:159)

Wallahu’alam.
(RA, 1439H)


Leave a comment

Categories